Selasa, 22 November 2011

TEKNIK PEMBUATAN DAN PELARASAN ANGKLUNG

BAB I 
PENDAHULUAN
1.      Pengertian dan Perkembangan Angklung
Angklung adalah alat musik tradisional yang berasal dari Jawa Barat, terbuat dari bambu, yang dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Laras (nada) alat musik angklung sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan adalah salendro dan pelog. Angklung dapat digolongkan kedalam alat musik idiofon, artinya alat yang “badannya sendiri” yang mengeluarkan bunyi atau nada bila disentuh atau dipukul.
Angklung pada prinsipnya terdapat dua bagian penting yang menentukan tinggi-rendahnya nada, yaitu sumber nada dan resonator. Sumber nada pada angklung adalah badan itu sendiri dan resonatornya adalah tabung (yang berisi udara) dibawahnya.
Adapun seiring perkembangan zaman, pengembangan dari angklung tradisi adalah yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan nama “Angklung Padaeng” yang bertangga nada diatonis kromatis.
“Angklung Padaeng” diambil dari nama “Padaeng” singkatan dari Bapak Daeng Soetigna yaitu orang yang menciptakan alat musik angklung bertangga nada diatonis kromatis.

BAB II
TEKNIK PEMBUATAN DAN PELARASAN
ANGKLUNG
  1. Memilih Bambu
Bambu adalah bahan baku dari Angklung. Untuk membuat satu angklung utuh menurut salah seorang perajin angklung Saung Angklung Udjo, Ahmad Rosidi (58) ada tiga jenis bambu yang digunakan yaitu bambu hitam, bambu tali dan bambu gombong. Bambu hitam untuk tabung suara, bambu tali/rotan untuk dasar rangka dan bambu gombong untuk tiang rangka angklung.
Bambu yang digunakan setidaknya harus berusia 5 tahun. Jika kurang dari 5 tahun bambu masih muda dan rapuh sedangkan jika lebih dari 5 tahun bambu terlalu keras dan warnanya kusam. Hal itu akan membuat suara angklung mudah berubah. Bambu yang telah di seleksi dipotong pada musim kemarau dari pukul 9 pagi sampai pukul 3 sore hari. Setelah memotong dasar dari pohon bambu, dengan ukuran kurang lebih 2-3 jengkal dari permukaan tanah, bambu harus disimpan selama sekitar 1 minggu, sehingga bambu benar-benar tidak berisi air.
Setelah seminggu, bambu harus dipisahkan dari cabang-cabangnya. Dan dipotong menjadi berbagai ukuran tertentu. Kemudian, bambu harus disimpan selama sekitar satu tahun untuk mencegah dari gangguan hama. Ada beberapa cara supaya kekuatan kayu bisa tahan lama, yaitu :
ü  Prosedur yang harus diperhatikan adalah dengan cara merendam bambu di genangan lumpur, kolam atau sungai.
ü  Prosedur lain bisa dengan cara diasapi di perapian (diunun), dan
ü   Prosedur modern adalah dengan menggunakan formula cairan kimia tertentu sehingga kayu bisa tahan terhadap hama atau tahan cuaca.

  1. Bagian-Bagian Angklung
Angklung terdiri dari 3 bagian:
v  Tabung Suara adalah tabung suara yang menghasilkan intonasi. Proses setem dapat menghasilkan intonasi.
v  Kerangka angklung adalah kerangka yang terbuat dari bambu untuk tempat berdiri tabung.
v  Dasar  berfungsi sebagai kerangka tabung suara.

  1. Proses Pelarasan
Untuk menyetem atau melaras angklung, hendaknya diketahui dahulu nama bagian-bagian dari tabung angklung tersebut.

Keterangan :
1.        Kaki tabung yang dimasukan pada alas/dasar ancak.
2.        Tabung resonator.
3.        Papan suara/Klank board.
4.        Lubang untuk menggantungkan
5.        Bagian tabung atas.
6.        Bibir tabung resonator.
7.        Tabung resonator

Adapun yang dijadikan dasar dalam cara pelarasan ialah bahwa suara yang ditimbulkan oleh tabung resonator (bunyi tiup) harus sama dengan suara bilamana tabung itu dipukul bagian bawahnya dekat kaki tabung  (bunyi pukul). Sebelum melarasnya, sediakan terlebih dahulu alat untuk dijadikan “standar nada” misalnya, stefluit, atau alat musik lain sesuai kebutuhan nada yang akan dilaraskan pada angklung. Namun zaman sekarang perajin angklung sebagian besar menggunakan alat Tuner” untuk pelarasan karena kelebihan dari alat ini adalah ketepatannya dalam melaraskan nada.

  1. Cara menggunakan alat Tuner:
Ø  Untuk menggunakan tuner, kita harus memperhatikan baik dari lampu di sebelah kiri dan kanan dari panel, dan juga jarum penunjuk.
Ø  Sebagai contoh, jika Anda akan membuat sebuah nada “F”, anda harus menggoyangkan angklung sembari memperhatikan baik dari lampu yang akan menyala bersamaan, dan untuk jarum penunjuk yang akan menunjukkan angka “F”.

  1. Langkah-langkah Penyeteman/Pelarasan
  1. Tiuplah tabung resonator, jika suaranya lebih rendah dari standar nada, keratlah sedikit demi sedikit dengan hati-hati bibir tabung resonatornya, hasil keratan harus berbentuk seperti oval serta rapi; tetapi jika suaranya lebih tinggi dari standar nada, maka terpaksa tabung harus diganti dengan tabung angklung baru.
  2. Jika ketika dipukul, suaranya lebih tinggi dari standar nada, keratlah bagian “papan suara” dengan arah memanjang. Ini pun dilakukan dengan sedikit demi sedikit, supaya mengeratnta tidak berlebihan. Cara mengetest nada pukul adalah tangan satu memegang papan suara dengan cara “dijingjing” oleh jari ibu jari dan telunjuk (carilah dibagian yang apabila dipukul menghasilkan nada yang jelas,dalam bahasa Sunda tidak “kumpeu” ).
  3. Jika nada yang ditimbulkan dari pukulan itu terlalu rendah, potonglah bagian kaki tabungnya, jika kaki itu cukup panjang. Tetapi bilamana tidak memungkinkan, yang dipotong adalah bagian atas tabung.


  1.  Tahap Akhir
Setelah masing-masing tabung suara memiliki nada, tabung harus diletakkan ke dalam rangka.Dalam satu rangka diletakkan tabung kecil yang jaraknya 1 oktaf dari nada pasangannya. Lalu proses akhir rangka diikat dengan tali dari bambu tali/ rotan, kemudian dirapihkan.

  1. Penyimpanan dan Pemeliharaan Angklung
a. Melaras / Menyetem Angklung
  1. Apabila suara Angklung menjadi lebih tinggi, hendaknya daun Angklung (sisi A) diraut dengan pisau raut sedikit demi sedikit hingga mencapai suara yang dikehendaki.
  2. Apabila suara Angklung menjadi lebih rendah, hendaknya ujung Angklung (sisi B) dipotong sedikit demi sedikit sehingga suaranya menjadi normal kembali.
Untuk dimaklumi bahwa Angklung terbuat dari bahan bambu, konstruksi atau kekuatannya tidak seperti bahan logam, sehingga perlu pemeliharaan dan penyimpanan yang baik. Angklung yang baik terbuat dari bahan bambu yang telah melewati proses quality control yang baik. Lama penyimpanan bambu sebelum diproses menjadi Angklung sedikitnya harus berumur satu tahun. Proses pengeringan bambu ini berfungsi agar  Angklung yang dibuat menghasilkan suaranya tepat/nyaring dan tidak mudah terkena hama rayap. Usia Angklung  apabila perawatannya baik dapat mencapai 10 tahun.
Berikut adalah langkah- langkah yang dapat dilakukan untuk memelihara instrument Angklung:
  • Begitu Angklung tiba di tempat yang baru, segeralah buka dan gantungkan pada tiang standard yang telah disediakan. Penyimpanan dalam kardus/tempat tertutup lebih dari 7 hari dapat mengakibatkan perubahan suara dan penjamuran pada bambu.
  • Penyimpanan Angklung sebaiknya dengan cara digantung, tidak ditumpuk.
  • Penyimpanan Angklung haruslah di tempat kering dan tidak lembab dengan  temperatur berkisar 25 – 33 C.
  • Jangan simpan Angklung di tempat terbuka yang mendapatkan sinar matahari/hujan secara langsung.
  • Untuk memelihara Angklung dari penjamuran dan rayap, gunakan obat anti rayap dan jamur produksi SAU secara teratur 2 minggu sekali dengan proses penyemprotan.
  • Untuk menjaga kualitas suara lakukanlah penalaan/re-tuning Angklung secara berkala. Perpindahan  Angklung dari tempat kami (Saung Angklung Udjo) ke tempat baru (tempat pembeli) akan sedikit mempengaruhi suara (biasanya naik sekitar 30 Hz), karena kondisi suhu udara tidak sama. Untuk mengatasi hal ini, stem ulang (re-stem) perlu dilakukan.
  • Bagi Angklung yang disimpan di daerah panas dengan suhu temperatur  >30 C terkadang menyebabkan sedikit retak pada pangkal tabung. Hal ini tidak mengganggu suara, dan penanganannya cukup diberikan lem kayu.
BAB III
PENUTUP
1.      KESIMPULAN
Dalam proses pembuatan angklung hal yang harus diperhatikan adalah pemilihan bahan baku bambu, dalam proses pelarasan, penyimpanan serta pelarasan nada. Karena apabila dalam pembuatan Angklung tidak mengikuti prosedur, hasilnya tidak akan benar karena dalam pembuatannya angklung tergolong pada alat musik yang sulit untuk dibuat dan sangat sensitif. Maka dari itu pemeliharaannya pun harus extra hati-hati dan dikerjakan sebaik mungkin.

DAFTAR PUSTAKA
Buku, Angklung Petunjuk Praktis
Buku, Musik III
Rumah Seni “Saung Angklung Udjo”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar